Sabtu, 15 Maret 2008

Ulasan "Kuntilanak 2"

Dikirim oleh danieldokter pada Kam, 11/10/2007 - 20:42.

KUNTILANAK 2
Sutradara : Rizal Mantovani
Produksi : MVP, 2007
Masalah asal muasal legenda Kuntilanak mungkin sedikit banyak mirip dengan kasus lagu ‘Rasa Sayange’ yang sedang hangat-hangatnya di-klaim Indonesia dan Malaysia. Apapun alasannya, yang jelas, kalau dari aspek perfilman, Malaysia lebih dulu mempopulerkan makhluk ini di era film hitam putih mereka lewat sebuah film berjudul Puntianak berupa makhluk halus yang gemar memangsa ibu-ibu hamil dengan menghisap darah di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan. Kalau kemudian legenda ini diracik Rizal Mantovani sebagai makhluk pesugihan dari daerah Jawa dalam film horor yang meraup untung besar dua tahun lalu, Kuntilanak, sesuai sebutan yang lazim di lidah Indonesia, dalam kapasitasnya sebagai jualan komersil tentu sah-sah saja, dan jelas ada alasan kuat untuk melanjutkannya dalam sebuah sekuel yang tak berhenti pula sampai disini, karena open ending yang dihadirkan Rizal benar-benar mengisyaratkan hal itu. Kuntilanak 2 tetap berpusat pada tokoh utamanya, Samantha/Sam (Julie Estelle) yang kini memiliki wangsit tunggal untuk memanggil Kuntilanak sejak mengalahkan pemilik sebelumnya. Hal ini membuat resah sekte Mangkoedjiwo yang mulanya menggunakan Kuntilanak untuk usaha mereka, dan anggota-anggota keluarga itu antara lain Madeng (Piet Pagau) dan Ening (Bella Esperance) kini menggunakan kekuatan mistis mereka menyusuri jejak Sam. Sementara Sam masih berada dalam dilema mengatasi sisi gelap kekuatan wangsit yang menjatuhkan banyak korban jiwa itu, Agung (Evan Sanders), mantan kekasihnya yang sempat trauma akibat diculik Kuntilanak juga berusaha untuk menuntaskan semua misteri ini, yang mau tak mau akhirnya turut juga melibatkan keluarga Cina tempat Sam kini menetap, termasuk sang gadis kecil Yenny (Cindy Valerie). Pasalnya, sewaktu-waktu wangsit itu bisa berbalik mencelakai Sam bila usaha Kuntilanak melepaskan diri dari kekuasaan sekte Mangkoedjiwo terwujud, dan masih ada satu misteri mengejutkan yang disimpan untuk sekuel selanjutnya nanti.
Peningkatan ritme ketegangan yang dijanjikan Rizal dalam press release film yang dalam peredaran internasionalnya berjudul The Chanting 2 ini sudah terasa sejak film dimulai, lewat epilog 3 bocah yang bermain petak umpet di rumah peninggalan sekte Mangkoedjiwo, diikuti serangkaian adegan yang jelas-jelas menampilkan kesadisan cukup intens. Sosok Kuntilanak yang di film sebelumnya hadir sekelebat juga semakin diperjelas engan visual dan pengadeganan yang boleh diakui cukup lumayan untuk ukuran film horor biasanya. Satu sisi kelebihan ini masih ditambah lagi dengan akting Julie Estelle yang semakin matang berikut penampilan bintang cilik Cindy Valerie yang cukup mencuri perhatian, dan ini rasanya sudah cukup untuk menutupi kekurang-wajaran dialog yang kerap muncul di film-film kita. Namun diatas semua itu, kredit utama tampaknya bisa diberikan pada keberanian Rizal meninggalkan rasa penasaran penontonnya lewat open ending murni dengan kejutan uncredited cameo sesosok aktris senior Indonesia era ‘80an yang lama tak kelihatan, dan semoga saja Rizal bisa mempertahankan ekspektasi ini hingga ke sekuel berikutnya. Ketimbang Jelangkung 3 yang masih kedodoran di pengembangan plot dan pilihan visual minimalis yang terasa tak relevan lagi, sekuel ini jelas lebih layak untuk disaksikan.(dan)

Tidak ada komentar: